Ceritanya berawal dari kebelet banget pengen ke Dieng tapi nggak ada barengan. Terus nekat jalan sendiri ke Wonosobo bermodal "PEDE aja yang penting sampe" dan perjalanan gue dimulai.....

Sekitaran bulan November, gue lupa tanggal berapa, cuma gue udah mulai bosen sama rutinitas perkuliahan gue. Gue memutuskan untuk berangkat ke Wonosobo pagi hari pukul 08.00 WIB. Naik kereta ke arah Jogja Tugu. Tiket berangkat dari Solo Balapan dengan tujuan Jogja Tugu menghabiskan ongkos Rp 6.000,- dan mengandalkan seribu sok tahunya yang penting habis ini ke Terminal Jombor. Sesampainya di Stasiun Tugu pukul 09.30 WIB cari ojek ke arah Terminal Jombor menggunakan ojek ( Bisa menggunakan Trans Jogja tapi gue gamau ribet ) menghabiskan ongkos Rp 15.000,-. Terus sesampainya di Terminal gue tanya-tanya orang naik bus ke arah Magelang yang mana, dan ditunjukan bus ke arah Magelang. Tapi gue nggak turun di Magelang kota tapi gue turun di pertigaan besar mau ke Candi Borobudur. Bus ini menghabiskan ongkos sebesar Rp 12.000,-. Sejam perjalanan nggak kerasa udah sampe sekitar pukul 11.00 WIB, terus gue oper lagi naik bus mini ke arah Wonosobo, dengan menghabiskan ongkos Rp 15.000,-. Sesampainya di Terminal Wonosobo pukul 12.45 WIB gue telfon temen gue, namanya Abil ( gue kenal dia pas waktu di Jogja main bareng sama temen gue, ternyata kita punya hoby yang sama yaitu jalan-jalan. Yaudah mintain kontak person dia, beres ). Eh ternyata dia lagi nggak sibuk apa-apa, kebetulan banget. Alhamdulillah bisa ngirit penginapan. HE-HE. Ternyata bukan hanya Abil yang sangat friendly tetapi keluarganyapun sangat baik dan ramah, gue suka sama keluarga dia, lucu, humoris, dan hangat. Rumah Abil ini terletak di tengah kota Wonosobo, alamatnya Donbosko dekat sekali dengan RSUD Wonosobo. Seharian gue diajak keliling Wonosobo, dari kuliner sampai seluk beluk kotanya. Rencana gue ke Dieng kan pengen naik ke Prau, jadi gue sebelumnya memaparkan niat gue ke Abil ini, dan dengan senang hati dia mau nganterin gue ke Prau, YEAAAAAAYYYYY!!! Hari itu juga gue beli perlengkapan buat naik, tabung gas, makanan, nesting, dll.

Berhubung kita mau berangkat naik pukul 23.00 WIB, lalu gue bergegas istirahat dan sharing ke Abil di rumahnya. Hingga pukul 21.00 WIB gue berangkat dari rumah langsung tancap gas ke Dieng. Kita naik lewat jalur Basecamp Patak Beteng, yaitu salah satu jalur menuju ke bukit Prau tersebut. Kita prepare lagi di Basecamp, mendaftar, dan membayar kontribusi sebesar Rp 10.000,-/orang. Lalu kita mulai naik pukul 23.00 WIB. Ya, kita hanya berdua. Romantis ya. I-YA!

Tracking awal tidak begitu susah, mengingat sebelumnya gue udah pernah naik ke Semeru ngerasain yang lebih susah dari ini. Suhu udara disini dibilang rata-rata sekitar 5-10 derajat celcius, cukup dingin untuk bukit yang tidak terlalu tinggi. Setelah masuk ke bukit ke dua baru mulai menantang, naik dengan merangkak, berpegangan tali. Kata Abil dulu Prau tidak sesusah ini. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya pendaki yang naik sehingga tanah semakin turun karena sering dipijaki. Karena gue naik terlalu santai akhirnya sampai di puncak Prau sekitar pukul 01.00 WIB, yang perkiraan kita hanya 1 jam setengah ternyata ini lebih. Oke nggakpapa. Kita langsung diriin tenda soalnya mau langsung tidur buat ngeliat golden Sunrise besok.

Pagi itu gue bangun sekitar pukul 04.30 dan banyak sekali orang yang udah nunggu golden sunrise ini. CANTIIIIIK SEKALI. Tapi sayang foto-foto gue yang ada di Kamera gue hilang dan yang tersisa tinggal ini. Sayang banget :((((

Udah siang mau siap-siap pulang

bareng pendaki lain

Dari semua foto pertama kali gue ke Dieng di Telaga Warna cuma sisa ini :(

Foto gue yang ini diambil dari kunjungan gue yang ke-2 di Dieng

Ini juga foto kunjungan gue yang ke-2

Selesai sudah perjalanan gue ke Dieng, kenapa gue nggak memilih untuk ke Sikunir karena gue nggak ada feeling buat kesana yang notabene kata orang-orang sangat indah, tapi gue mau ketempat yang hati gue mau aja. Gue lebih penasaran berdiri di puncak Prau.

Sebelum meluncur pulang ke rumah Abil, sekitar pukul 15.00 WIB gue langsung ke pemandian air hangat belerang Kali Anget. Airnya berwarna kekuning-kuningan dan hangat. Capek-capek dibadan gue ilang semua rasanya. Tarifnya sekitar Rp 5.000,-/orang.

Kolamnya lagi sepi

Halo, mulai ngeblog lagi buat sharing pengalaman jalan-jalan gue. Kayanya gue udah punya total akun Blog kaya gini ada 3 dan semuanya lupa password, yap dan yang ini adalah blog gue yang ke 4. YEAAAAAAYYYY!

Gue mau nyeritain pengalaman gue waktu jalan-jalan sama ke dua sahabat gue waktu duduk di bangku Sekolah Dasar. Gue udah bareng-bareng sama mereka semenjak kelas 3 SD, dan masih berhubungan baik sama mereka. Yang cowo namanya Putra di Semarang, yang cewe namanya Anin di Karanganyar, sedangkan gue sendiri di Solo.

Jadi ceritanya gue sama temen-temen gue mengisi waktu luang liburan perkuliahan semester 3 yang rasanya sangat sia-sia sekali untuk dianggurkan. Yak kita memilih untuk explore Kota Apel Malang selama 3 hari. Full backpacker tanpa pake travel apapun. Sekitaran tanggal 7-9 Febuari 2015. Yang pertama kita lakukan yaitu pesan tiket 1 bulan sebelum keberangkatan kita, yaitu sekitaran tanggal 6 Januari kita udah pesen 4 tiket menuju Malang, kita naik Kereta Matarmaja waktu itu ( Beli tiket 4 karena sodara dari Anin yaitu Mbak Dita mau ikutan, tapi karena tidak dapet ijin cuti untuk kerjanya maka tiket hangus ). Untuk budget satu tiket yaitu sekitar Rp 50.000,- dengan sedikit potongan sekitar Rp 7500,- /tiket karena beli tiketnya Online. Sangat-sangat beruntung karena nggak sering juga PT.KAI memberikan promo kereta, adanya juga naik mulu.

Berangkatlah kita tanggal 7 Febuari 2015 pukul sekitar 00.00 WIB, masuk ke kereta yang sangat desak-desakan ( Secara kereta Matarmaja ini adalah kereta jenis ekonomi ). Tidurlah kita di tempat duduk yang berbeda-beda, tapi cukup nyaman untuk gue, entah temen-temen gue. HE-HE

Tak terasa waktu gue tidur terbangun pukul 05.00 WIB dengan posisi tidur yang kurang nyenyak, karena tempat duduk gue bersebelahan dengan toilet kereta yang terkadang baunya menyengat. Terus gue ngobrol dengan penumpang yang duduk di depan gue, seorang Ibu dari Jakarta yang hendak mengantarkan anaknya sekolah Pesantren di Malang, percakapan pun mengisi waktu gue. Beliau menceritakan masa mudanya yang dulu suka naik gunung dan pergi-pergi jauh, salah satu yang gue takjub adalah beliau sudah mendaki Kerinci dan Rinjani dimasa mudanya. Yang bikin gue takjub bukan karena dia yang sudah mendaki kedua gunung tersebut, tetapi penampilan dia yang sama sekali nggak bikin gue mikir kalo Ibu tersebut adalah dulunya pendaki. Beliau berkerudung syar'i dan sangat lembut tetapi tegas. Satu yang saya ingat dari beliau saat berkata "Masa muda pakailah untuk jalan-jalan dulu yang jauh, tapi belajarnya tetep jalan" katanya. Sangat menginspirasi ceritanya.

Waktu menunjukan pukul 08.00 WIB, kereta sudah sampai di Stasiun kota Baru Malang. Kita langsung bergegas turun mencari sarapan, jalanlah kita ke Bakso Presiden Malang yang sangat terkenal akan kelarisannya. Sebelum itu kita istirahat sejenak menunggu Bakso tersebut buka sekitar pukul 10.00 WIB. Dari Stasiun berjalan kaki hingga 3 km ( jika dilihat di google maps tertera 3 km ) menuju Bakso Presiden Malang. Sesampainya disana kita kelaparan dan memesan bakso komplit entah apa namanya lupa gue. First immpression is UEEEENNAAAAAAK REK! ASLI AKU RA NGAPUSI KON IKU! Wajib banget nyoba lagi kalo ke Malang. Ya sesuai lah dengan harganya, tapi sangat worth it! Harga Bakso komplit Rp 25.000,- Es teler Rp 8.000,-. Total makan gue Rp 33.000,-

Sesudah itu kita naik angkot, menuju persewaan Motor di daerah deket-deket stasiun Kota Baru kok, nggak jauh dari situ. Gue dapet 2 motor seharga Rp 65.000,- /motor. Jadi berhubung kita bertiga jadi pesen 2 motor. Total Rp 130.000/hari. Terus menuju penginapan sekitaran daerah deket-deket Universitas Brawijaya. Penginapannya lumayan nyaman dan murah, sekitar Rp 35.000,-/malam. Seharusnya 1 kamar tidak boleh diisi untuk cewe dan cowo, tapi kita ngaku ke penjaga penginapannya kalo kita saudaraan jadi diijinkanlah untuk sewa satu kamar saja. Kita istirahat, mandi, nonton TV, tidur, makan lagi ( untuk makan selanjutnya kita hanya beli nasi Rp 10.000,- dan membawa lauk dari rumah berupa kering dan oseng teri 3x sehari ) sampai sekitaran pukul 17.00 WIB kita berangkat ke kota Batu dan menikmati malam disana. Sebelum itu kita menukarkan salah satu motor kita ke persewaan motor yang lebih murah, yaitu sekitar Rp 50.000,-/motor supaya bisa menekan budget. Sangat menyenangkan sekali, kita ke BNS dan jalan-jalan menyusuri kota tersebut. Untuk masuk ke Batu Night Spectaculer ini seharga Rp 50.000 cuma jalan-jalan gapake naik wahananya. Ya nggak pengen juga naik sih soalnya kebanyakan wahana untuk anak-anak doang ( didalem hati nangis ). Ini foto-foto temen gue Anin waktu di BNS ( Kebanyakan isinya dia difoto, doyan banget difoto dah nih anak ).




Singkat malam gue sama temen-temen gue balik ke penginapan untuk istirahat buat besok pukul 04.00 WIB berangkat ke Bromo. Sangat lelah dan unforgetable night.

Kita bangun di pukul 03.00 WIB dan bersiap-siap meluncur ke Bromo berharap masih bisa mendapatkan sunrise di Pananjakan. Diluar dugaan kita berangkat pukul 05.00 WIB dan sangat menyesal karena yakin sekali kita tak akan mendapatkan sunrise di Pananjakan. Lagi itu motor temen gue bermasalah ditengah jalan, kayanya injeksinya rusak dan nggak mau jalan. Alhasil kita sewa ojek untuk ke Bromo seharga Rp 125.000,-/motor. Gue yang numpang di Ojek dengan sangat amat menyesal udah nuker motor malah bermasalah. Oke perjalanan harus tetep lanjut, gue gamau masalah kaya gini menghentikan gue menikmati Bromo. Sementara itu motor sewa temen gue diperbaiki dengan perjuangan oleh bapak-bapak di bengkel. Tiket masuk ke Bromo sekitar Rp35.000,-/motor. Sampai di Bromo sekitar pukul 10.00 WIB udaranya dingin, panas jadi satu, tapi tetep seru. Bromo INDAAAAAAAAAAAAAAHHHHHH BUAAAAANGEEEEEET! Gue bersyukur bisa menikmati Bromo, dari yang pasir berbisik, bukit Teletubies, Padang Savanah, Kawah Bromo, minus Pananjakan bikin gue sama temen-temen gue sedih tapi gapapa, kita udah seneng. Ini penampakan dari foto-foto kita di Bromo, VOILAAA!!!

Kedua temen gue berusaha bangkit dari jatuhnya motor berkali-kali

Top of the 'Kawah' Bromo

Setelah puas kita keliling Bromo, kita pulang dengan hati penasaran apakah motornya berhasil diselamatkan atau tidak, karena sebelumnya bapak tersebut berkata bahwa jika injeksi yang terkena habislah kita. ( Cri ). Sesuai dugaan bahwa motor tersebut tidak dapat diperbaiki, gue langsung telfon ke persewaannya dengan sedikit nada marah karena meminjamkan motor yang kurang fit, padahal sebelumnya gue udah nanya kalo dibawa ke Bromo apakah baik-baik saja, dan dijawab baik-baik saja. Akhirnya kita pulang dengan motor dinaikan diatas mobil Pick-up, mobil yang belakangnya bolong. Sesampainya di Kota gue minta ganti rugi atas ketidaknyamanan terhadap motor itu, akhirnya dikembalikan uang sewa kita Rp 50.000,- , lumayan bisa nambahi uang ongkos ojek tadi. Untuk bensin kita menghabiskan sekitar Rp 75.000,- untuk kedua motor dari Malang - Bromo - Malang lagi. Biaya mobil ditanggung oleh persewaan. Alhamdulillah bisa selamat sampai Malang lagi. Waktu itu berhubung satu motor dikembalikan akhirnya gue mau nggak mau pinjem motor Clara, untuk hari berikutnya. Sesampainya di penginapan, kita ketauan oleh si pemilik bahwa untuk 1 kamar tidak boleh ditiduri cewek dan cowok walaupun saudara, alhasil kita terpaksa sewa 1 kamar lagi. Karena yang punya orangnya sangat baik dan ramah, kita diijinkan sewa free untuk satu malam. sangat beruntung sekali. Malamnya kita keliling liat kota Malang, beli cilok atau basgor. Sungguh malam yang sangat hangat suasananya untuk udara yang dingin. Kita istirahat untuk esoknya ingin explore pantai di Malang.

Didepan gue ada pulau sempu

ini buken laut, bukan pantai, ini kaya sungai mengarah ke laut, ditemukan sebelum ke pantai Goa Cina, sangat hijau. Pengennya sih langsung lompat

Jalanan menuju pantai, masih sepiiiiiiiiii euy

Sekitaran pukul 13.00 WIB kami segera pulang karena berniat untuk menggunakan Transportasi Bus untuk sampai di Solo. Hingga tiba di Malang lagi sekitar pukul 15.30 WIB. Dikarenakan sudah hafal jalan jadi sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Kita packing di penginapan, dan check out, biaya total Rp 90.000,- untuk penginapan, gue ngembaliin motornya si Clara, mereka ngembaliin motor sewaan. Total sewa kehitung 2 hari jadi total Rp 130.000,-. Mereka dari persewaan naik angkot pergi ke terminal Malang untuk menuju Surabaya, kira-kira bayarnya Rp 5.000,-/orang. Gue dari Universitas Brawijaya ke terminal dengan harga yang sama. Jadi kita ketemuan di terminal Malang. Untuk bisa ke Surabaya kita naik Bus Ekonomi yang ada, tanpa AC, ongkosnya Rp 10.000,-/orang. Berangkat dari terminal pukul 18.30 WIB sampai di Surabaya pukul 21.00 WIB. Sesampainya di terminal Surabaya kita langsung masuk ke Bus Mira dengan ongkos Rp 25.000,-/orang. Sampai di Solo sekitar pukul 03.00 WIB dan dijemput didaerah Palur oleh Ayah temen gue. Eh yang namanya rejeki anak sholeh langsung diajakin sarapan di MBOK GALAK. Ternyata enak banget gilaaaaaak, selama di Malang cuma bisa makan kering teri dan finaly makan enaaaaaaakkkkk. Alhamdulillah sampai dengan selamat!!!!! YEAAAAAYYYYY!!!!